Bertambah Kaya? "Sesuatu Banget"
KOMPAS.com — Siapa pun dia dan di belahan dunia mana pun adalah wajar
jika ia ingin menjadi bertambah kaya. Kekayaan yang dimaksud penulis di sini
adalah kekayaan finansial, selain ada beberapa kekayaaan lain, yaitu kekayaan
spiritual dan kekayaan intelektual yang tidak penulis bahas di dalam artikel
ini.
Menjadi tidak wajar alias salah
kaprah apabila seseorang yang sudah memiliki income (usia produktif)
tidak berusaha untuk menjadi bertambah kaya. Nah yang dimaksud di sini adalah
kaya secara benar (bukan hasil korupsi) serta halal tentunya, bukan seperti
yang sekarang sedang menjadi trending topic di media atas penangkapan
pejabat dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi oleh KPK.
Baiklah, untuk mencapai penambahan
kekayaan dengan cara yang benar, marilah kita pahami langkah –langkah agar kita
tidak terjerumus dalam komunitas orang kaya yang salah langkah dan sangat
berisiko serta berpotensi untuk terjerat kasus korupsi. Apa dan bagaimana
langkah-langkahnya? Marilah kita simak.
"Financial Literacy": Ini dapat digunakan untuk korporasi maupun perorangan.
Namun, kami membahasnya hanya untuk perorangan. Financial literacy
adalah kemampuan seseorang untuk menjadi "melek keuangan" disertai
dengan pengetahuan untuk "mengembangkan uangnya" tersebut sehingga
dengan pengetahuan dan keterampilannya mampu mengalokasikan uang yang
dimilikinya agar lebih efektif dan optimal untuk kebaikan diri dan keluarganya.
Lebih dari itu, seseorang yang telah melek keuangan akan berpikiran lebih maju
dengan memahami faktor risiko dari alokasi aset keuangan yang dilakukannya
tersebut.
"Financial Utility": Ini merupakan kelanjutan setelah seseorang melek keuangan.
Seseorang yang telah memahami bahwa kebutuhannya kelak harus dipenuhi secara
finansial maka ia akan mencari wadah atau tempat uang tersebut. Ia akan mencari
bagaimana penempatan aset uangnya secara benar. Ini erat kaitannya dengan
instrumen keuangan yang tersedia dan dijual di pasar keuangan, dimulai dari
pemahaman fungsi tabungan, deposito, asuransi jiwa, asuransi kesehatan, dan
asuransi umum, fungsi kredit perbankan hingga instrumen investasi yang
mengandung risiko (mulai dari potensi risiko yang kecil hingga yang besar).
Sebagai informasi, siapa pun dia
tanpa melihat besar atau kecilnya pendapatan (gaji) seharusnya dapat melakukan financial
literacy dan memahami financial utility. Dengan demikian, orang
tersebut akan mampu untuk melakukan pengambilan keputusan manajemen keuangannya
yang disesuaikan dengan cara sebagai berikut.
Karakter risiko; Kemampuan
keuangannya; Cita-cita keuangannya kelak.
Ini merupakan proses seumur hidup
yang akan menjadi "sesuatu banget" bagi yang bersangkutan. Kenapa
begitu sesuatu? Ya, karena ini dapat dimulai dari yang "amat
sederhana" seperti "disiplin" tetapi kelak akan membuahkan hasil
yang "amat luar biasa".
Contoh disiplin yang sederhana
misalnya Tasya, seorang pekerja junior (usia 25 tahun), pendapatan bersih
setiap bulannya adalah Rp 2.300.000. Namun, ia mampu membuat komitmen terhadap
dirinya sendiri sampai memasuki usia pensiun untuk melakukan disiplin dengan
menghemat pengeluaran Rp 3.500 setiap harinya (data kami menyatakan hampir
semua golongan pekerja formal di kota besar mampu melakukan penghematan sebesar
ini).
Kemudian uang tersebut (Rp 3.500) ditempatkan
setiap hari pada celengan lalu pada akhir bulan (30 hari) dana tersebut
ditempatkan pada instrumen investasi yang benar karena Tasya ingin melakukan
untuk jangka panjang, maka dipilihlah produk reksa dana saham (indikasi
rata-rata kinerja historis pengembalian reksa dana saham per tahun 20 persen).
Sejalan dengan waktu, Tasya akan menikmati hasil disiplinnya (Rp 3.500
per hari) menjadi "sesuatu" yang amat sangat berharga, yakni
ilustrasi hasil investasinya adalah sebagai berikut: Rp 2.452.884.185 (lihat
tabel).
Nama
karyawan :
|
Tasya
|
Waktu
tersedia
|
Rata-rata
kinerja Reksa Dana / tahun
|
|
Usia
saat ini :
|
25
tahun
|
30
tahun
|
||
Usia
pensiun :
|
55
tahun
|
20.00
%
|
||
Hemat/hari
:
|
Rp
3.500
|
|
||
Banyaknya
hari hemat/bulan:
|
30
hari
|
Besar
investasi / bulan
|
Hasil
Investasi
|
|
Rp
105.000
|
Rp
2.452.884.185
|
|||
Namun, jika setiap tahun sejalan
dengan peningkatan gaji, Tasya mampu untuk menambah penghematannya (increment
yearly) sebesar 10 persen, hasilnya sebagai berikut.
Pada bulan ke-13 s.d bulan ke-24
(tahun ke-2) berhemat sebesar Rp 3.850 per hari;
Pada bulan ke-25 s.d bulan ke-36
(tahun ke-3) berhemat sebesar Rp 4.235 per hari;
Pada bulan ke-37 s.d bulan ke-48
(tahun ke-4) berhemat sebesar Rp 4.660 (per hari dibulatkan ke atas);
selanjutnya pada bulan ke-49 (tahun ke-5) dst meningkat lagi sebesar Rp 5.125;
dst.
Maka, hasil "pengorbanan"
Tasya dapat dinikmati pada saat pensiun adalah sebesar Rp 4.313.744.554
(increment
yearly) meningkat mulai tahun ke II, III,
IV dst. s.d pensiun, sebesar:
|
10.00
%
|
|
Rp
4.313.774.554
|
|
|
|
Adalah suatu angka yang "amat
luar biasa" hasil yang didapat oleh Tasya tersebut. "Hmm sesuatu
banget yaa..," kelak Tasya akan berkata demikian.
Namun, perlu dicatat bahwa hasil di
atas bukan merupakan jaminan tingkat pengembalian, hasil yang sesusungguhnya
dapat berada di atas maupun di bawah ilustrasi tersebut, meski bukan jaminan
indikasi potensi keberhasilannya adalah cukup besar.
·
Analisis : Masih ada cara yang dapat di tempuh
untuk menjadi kaya tanpa menjadi koruptor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar