Meraup Ratusan Juta dari Bisnis
Tapai Ketan
JAKARTA, KOMPAS.com — Kota
Kuningan, Jawa Barat, populer sebagai penghasil tapai ketan. Bahkan, makanan
ini telah menjadi oleh-oleh khas bagi para pelancong yang singgah ke Kuningan.
Adalah Carsim Cahyadi, salah satu orang yang telah memopulerkan makanan ini
melalui bendera usaha tapai ketan "Pamela".
Carsim merupakan orang kedua di Desa Tarik Kolot, Cibeureum, Kabupaten Kuningan, yang membuka usaha pembuatan tapai ketan. Ia bercerita, kemampuan membuat tapai ketan didapatnya dari orangtuanya. Memang, membuat tapai ketan sudah menjadi tradisi turun-temurun di desa tersebut, terutama pada saat menjelang hari Lebaran.
Carsim merupakan orang kedua di Desa Tarik Kolot, Cibeureum, Kabupaten Kuningan, yang membuka usaha pembuatan tapai ketan. Ia bercerita, kemampuan membuat tapai ketan didapatnya dari orangtuanya. Memang, membuat tapai ketan sudah menjadi tradisi turun-temurun di desa tersebut, terutama pada saat menjelang hari Lebaran.
Namun,
katanya, dulu hanya ada satu orang di Desa Tarik Kolot yang menjadikan tapai
ketan sebagai peluang bisnis. "Padahal, peluangnya besar, maka saya
bertekad memperkenalkan racikan tapai khas Kuningan lebih luas hingga ke luar
daerah," tutur pria kelahiran Kuningan, 46 tahun silam ini.
Maka,
mulai 1996, ia merintis usaha pembuatan tapai ketan Pamela. Nama Pamela
merupakan akronim dari kedua nama anaknya, yaitu Fajar dan Mela. “Karena kami
orang Sunda, Fajar biasa disebut Pajar. Jadi, itu singkatan dari Pajar dan
Mela,” ujarnya.
Dapur
rumahnya disulap menjadi tempat pembuatan tapai. Bahan baku beras ketan dan
ragi didapat dari Indramayu, Jawa Barat. Kini, saban hari, Carsim mampu
memproduksi 3 kuintal tapai ketan. Ia mengemasnya dalam lima ukuran
kemasan, yaitu kemasan ember berisi 100 bungkus tapai, kemasan ember kecil
berisi 80 bungkus, lalu kemasan dus isi 50 bungkus, kemasan stoples isi 28
bungkus, dan yang paling kecil kemasan plastik mika berisi 16 bungkus tapai.
Dilihat
dari jenis kemasan, pria lulusan salah satu SMK di Kuningan ini memang menyasar
dua tipe pelanggan, yaitu pelanggan ritel dan pelanggan grosir. “Sekitar 80
persen hasil produksi tapai Pamela untuk memenuhi permintaan pelanggan
grosir," ungkapnya.
Harga
jualnya bervariasi, mulai dari Rp 10.000 untuk kemasan paling kecil hingga Rp
50.000 untuk kemasan ember berisi 80 bungkus.
Meski
tak membuka gerai sendiri, tetapi produknya sudah cukup punya nama. Buktinya,
pelanggan Carsim tak hanya berasal dari sekitar Kuningan, tetapi juga dari
Cirebon, Bandung, hingga Jakarta. Setiap hari, ia bisa menjual minimal 100
kemasan tapai ketan Pamela. Tak heran, ia bisa mengantongi omzet sekitar Rp 150
juta sebulan.
Saat
ini, cukup banyak warga Desa Tarik Kolot yang mengikuti jejak sukses Carsim.
Tercatat, ada 15 produsen tapai ketan khas Kuningan. Meski banyak pesaing di
desanya, tetapi ia mengaku produknya tetap unggul lantaran menekankan aspek
kebersihan dan ketelitian pada proses produksi. Hasilnya, tapai ketan Pamela
menjadi lebih manis dan empuk. (Noor Muhammad Falih)
Analisis : dari usaha yang kecil dapat
menghasilkan omzet sekian besar. Jadi jangan lah malu memulai usaha dari yang
kecil karena dapat menghasilkan pendapatkan penghasilan yang sangat besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar